SIPERKASA NEWS. Setelah tahapan-tahapan yang dilakukan Siperkasa terhadap perilaku Manajemen khususnya Direktur Utama, seperti ajakan dialog, menyurati Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk diadakan pertemuan, namun semua permintaan tersebut tidak direspon mereka, maka Siperkasa mulai melakukan tahapan aksi lapangan.
Aksi lapangan pertama yang dilakukan adalah pemasangan pita hitam di lengan kanan pada tanggal 11 hingga 13 Juli 2016 atau empat hari setelah Hari Raya Idul Fitri.
Yang melatar belakangi aksi ini adalah apa yang sudah tertulis di artikel sebelumnya, cukup panjang perjalanannya.
Koordinasi dan komunikasi internal Pengurus Siperkasa Nasional kerap dilakukan setiap saat. Koordinasi dan komunikasi external pun dilakukan khususnya Pengurus Pusat beserta Pengurus Cabang CGK dan CGO kepada pihak kepolisian Bandara CGK.
Bahkan Pengurus Pusat pun menyampaikan arahan tata tertib aksi kepada seluruh anggota dan karyawan, untuk menghindari aksi yang melanggar hukum. Kemudian Ketua Umum menyampaikan pula Press Release terkait aksi agar dipahami oleh seluruh anggota.
Bagi Pengurus Siperkasa CGK, senantiasa melakukan komunikasi dengan karyawan baik pegawai maupun OS agar mereka memahami mengapa aksi pita hitam ini dilakukan. Komunikasi dilakukan di setiap perjumpaan dengan para karyawan.
“Cukup berat tugas kami, karena Cabang CGK dengan ribuan karyawannya yang perlu kami sosialisasikan kepada mereka terhadap mereka. Apalagi CGK sebagai pusat operasional Gapura, tentunya berhasil atau tidaknya aksi ini tergantung dari teman-teman CGK itu sendiri, di samping ada cabang-cabang besar lainnya seperti DPS, KNO, UPG, dan SUB. Apalagi diikuti seluruh cabang Gapura se-Indonesia tentunya menjadi kekuatan yang harus dipikirkan oleh pihak manajemen,” papar ketua Siperkasa CGK, Arief Supriyadi, saat mensosialisasikan rencana aksi kepada karyawan.
Seluruh GM Gapura melakukan upaya dialog dengan Pengurus Siperkasa Cabang masing-masing, dengan harapan agar aksi ini dibatalkan. Termasuk Cabang CGK, yang diadakan pertemuan pada Sabtu, 9 Juli 2016 yang dihadiri oleh GM, SM dan para Manager.
Dalam pertemuan tersebut Arief yang didampingi Ronald, Lutfi, Ismail dan Welkon menceritakan kronologis aksi pita hitam. Permintaan pembatalan aksi tidak dapat dipenuhi hingga tuntutan Siperkasa yang ada dalam gugatan terhadap Direktur Utama dipernuhi. Sumber dari konflik ini adalah Direktur Utama tidak komitmen apa yang sudah disepakati dalam Nota Kesepahaman antara Manajemen dengan Siperkasa pada perundingan di Hotel Borobudur pada 31 Agustus 2015 lalu.
Isi Nota Kesepahaman Borobudur, klik di sini.