SIPERKASACGK. Meskipun late posting, namun reportase Seminar tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Community (AEC) ini saya anggap penting untuk dishare agar diketahui dan dipersiapkan oleh para pengusaha di bidang barang dan jasa saat dimulainya MEA tersebut.
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Menyambut persiapan MEA tersebut, baik dari sisi manajemen perusahaan (BUMN) maupun mental dari pekerja, maka Federasi Serikat Pekerja (FSP) Sinergi BUMN yang sekaligus merayakan Ulang Tahun yang pertamanya mengadakan Seminar tentang hal tersebut di atas. Apakah MEA menjadi ancaman atau peluang bagi BUMN.
Seminar yang diselenggarakan pada 09 April 2015 bertempat di Hotel Santika Surabaya, dengan nara sumber Rahmat Pramono (Dubes RI untuk ASEAN), Arif Wibowo (Direktur Utama Garuda Indonesia), Djarwo Surjanto (Direktur Utama Pelindo), Oscar Vitriano (Pengamat UI), dan Wahyu Handoko (Direktur Inhealth).
Acara yang mulai pada pk. 09.20 dibuka dengan sambutan ketua panitia M. Yunus yang berharap para SP BUMN bersinergi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dari air (Pelindo) hingga udara (Garuda Indonesia).
Dilanjutkan sambutan Presiden Federasi Serikat Pekerja BUMN Sinergi Ahmad Irfan yang juga merupakan Ketua Umum Sekarga mengajak para SP BUMN untuk meningkatkan soliditas serikat dan kapasitasnya dalam wawasan global untuk menghadapi MEA ke depan.
Dengan anggota 42 SP BUMN, Irfan menyampaikan bahwa tujuan Federasi dibentuk sebagai lokomotif sinergi di BUMN serta membangun komunikasi antar SP di BUMN. Dan tema yang diangkat dalam seminar ini adalah mempersiapkan karyawan BUMN menghadapi pasar bebas ASEAN.
Pada pk. 10.00 tampil Wakil Gubernur Jawa Timur, Syaefullah Yusuf memberi sambutan yang sekaligus membuka acara seminar ini. Gus Ipul, begitu panggilan akrabnya, menginginkan bangsa Indonesia pada MEA mendatang sebagai pemenang, bukan sebagai objek tapi sebagai subjek apalagi Indoneisa dengan jumlah SDM dan teritori yang paling besar. Namun bukan yang terbesar sebagai pemenang tetapi siapa yang cepat, dialah pemenang.
Seminar yang dimulai pembicara pertama, Rahmat Pramono Dubes RI untuk ASEAN, memaparkan proses pembentukan MEA. MEA dibangun dengan 4 pilar Rencana Strategis MEA Blueprint (2008-2015).
Pilar Pertama yaitu Pasar Tunggal dan Basis Produksi, meliputi peredaran bebas barang, peredaran bebas jasa, peredaran investasi bebas, peredaran modal bebas, peredaran tenaga kerja terampil bebas, prioritas sektor integrasi, makanan, pertanian dan kehutanan.
Pilar Kedua yaitu Wilayah Ekonomi yang Kompetitif, meliputi kebijakan, kompetitif, perlindungan konsumen, HAKI, pengembangan infrastruktur, perpajakan, perniagaan elektronik.
Pilar Ketiga yaitu Pengembangan Ekonomi yang Adil, meliputi pengembangan SME, inisiasif untuk integrasi Asean.
Pilar Keempat yaitu Integrasi menuju Ekonomi Global, meliputi pendekatan koheren menuju hubungan ekonomi eksternal, meningkatkan partisipasi dalam jaringan suplai global.
Rahmat Pramono melanjutkan, kawasan Asean merupakan kawasan berdaya saing tinggi dan kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata. Terkait arus tenaga kerja terampil Asean, tanpa dan atau dengan adanya MEA 2015 pada prinsipnya pasar tenaga kerja Indonesia sudah sangat terbuka. Berdasarkan UU No. 13 tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja asing yang memiliki jabatan Direktur (kecuali HRD), Manajer dan Tenaga Ahli diperbolehkan bekerja di Indonesia sepanjang memiliki sponsor dan mendapatkan persetujuan oleh sektor jasa terkait.
Pembicara kedua, Arif Wibowo Dirut Garuda Indonesia, memaparkan bahwa persaingan sudah kita lakukan sejak lahir, mulai dari sekolah SD, SMP, SMA hingga sekarang adalah hasil dari persaingan. Sebagai public company, Garuda harus mempertanggung jawabkan ke publik.
Arif mengatakan ada 5 dampak utama terkait Pasar Tunggal Asean 2015 yaitu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas penanaman modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil.
Industri penerbangan Indonesia menghadapi issu kekurangan tenaga Pilot dan Mekanik. Dalam jarak 5 tahun, kebutuhan jumlah pesawat meningkat disertai dengan jumlah cockpit crew, flight attendant dan engineers.
Arif Wibowo melanjutkan, bagi Garuda pengembangan SDM adalah strategi utama dalam menghadapi Pasar Tunggal ASEAN. SDM lah yang mampu membangun kemampuan dan menggerakkan menjadi sebuah profit atau keuntungan.
Menyambut ASEAN Open Sky, DZGA mengembangkan unit Personalia untuk melakukan langkah-langkah kemajuan. Begitu banyak profesi yang menangani setiap penerbangan, di antaranya pilot, pramugari, tehnik, akuntan, keuangan, ahli hukum, ticketing, marketing, petugas kebersihan, Chef, dan lain-lain. Semua itu perlu peningkatan kualifikasi mereka dengan cara penguasaan bahasa (asing), tetap nyaman dalam bekerja dengan orang lain dengan latar belakang yang berbeda, peningkatan keahlian/ketrampilan, efisiensi dalam menuju hasil/target, dan lainnya.
Di samping kompetensi hal yang penting, GA membutuhkan SDM yang siap bekerja dengan integritas, dan memiliki kemampuan mengembangkan jaringan.
Pembicara ketiga yaitu Dirut Pelindo 3, Djarwo Surjanto mengatakan Pelindo saat ini memiliki 17 cabang dengan 43 pelabuhan, sedang membangun hub-hub pelabuhan seperti halnya Garuda Indonesia dengan meng-upgrade infra dan suprastruktur.
Pembicara keempat yakni Oscar Vitriano, Pengamat UI. Bahwa di UI meskipun sebagai lembaga pendidikan juga sudah terbentuk Serikat Pekerja dan juga akan membentuk federasi. Menyangkut MEA 2015 beliau mengatakan persaingan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan. Dan wajar terjadinya kesenjangan, sehingga ada pihak pemenang dan ada pihak yang kalah. Pasar Bebas atau Free Trade juga bukan hal yang baru. Ini juga sudah ada di Amerika yaitu NAFTA (Non America Free Trade).
Dari sektor Pemerintah harus siap dalam menghadapi AEC / MEA 2015, tidak hanya SDM dan Perusahaan-perusahaan saja. Seperti halnya China dan Australia juga akan membuat Free Trade.
Pembicara terakhir, Wahyu Handoko, Direktur Inhealth Mandiri, memaparkan pentingnya proteksi kesehatan bagi setiap karyawan perusahaan.
Setelah sesi tanya jawab, acara ditutup dengan pemberian jaket Federasi SP Sinergi BUMN dan souvenir oleh Pengurus Inti Federasi.
Kini, yang menjadi pertanyaan dan perhatian bagi kita (PT. Gapura), seberapa jauh persiapan dalam menghadapi MEA di akhir tahun 2015 ini, baik dari sisi SDM maupun sarana?
Yang mana para negara ASEAN akan masuk membuka bisnis barang dan jasa terutama bandara di Indonesia, yang akan membutuhkan SDM unggul yang tentunya banyak dimiliki oleh PT. Gapura.
Sebuah PELUANG atau ANCAMAN..??
2 Responses to Seminar: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Tantangan atau Peluang bagi BUMN