SP-NEWS. Sejak Mei 2018 lalu berita tentang rencana aksi mogok Pilot Garuda yang diikuti oleh pegawai daratnya santer terdengar. Berangkat dari masalah pengangkatan jajaran direksi perusahaan plat merah tersebut yang dianggap terlalu banyak yakni 8 direktur termasuk Direktur Utama serta kondisi keuangan yang masih dililit hutang mencapai Rp. 2 Triliun (www.cnbcindonesia.com).
Dari Sekretariat Bersama APG (Asosiasi Pilot Garuda) dan Sekarga (Serikat Karyawan Garuda) telah beberapa kali mengancam akan melakukan aksi mogok. Terlebih lagi perundingan yang dimediasi oleh Pemerintah masih menemui jalan buntu. Sehingga APG dan Sekarga menyatakan akan melakukan aksinya setelah peak season berakhir yaitu di awal Juli 2018.
Menanggapi rencana aksi tersebut, Siperkasa sebagai Serikat Pekerja PT. Gapura Angkasa, perusahaan ground handlingnya Garuda Indonesia pun menyatakan sikap. Melalui Ketua Umum Siperkasa, Edi Lesmana menyatakan bahwa posisi Siperkasa saat ini tidak ikut campur dalam aksi tersebut, karena merupakan internal Garuda. Namun Edi tidak ingin jika aksi mogok tersebut berakibat buruk terhadap karyawan Gapura yang menjadi korban amuk massa penumpang yang terlantar.
“Silakan saja Pilot dan Karyawan Garuda melakukan aksi mogok, karena itu adalah hak mereka dalam menilai manajemennya. Namun kami minta ada orang Garuda di lapangan yang menghadapi penumpang komplain,” terang Edi.
“Kami tidak ingin karyawan Gapura jadi sasaran amuk massa karena kemarahan penumpang akibat delay atau cancel. Karena ini bukan force major seperti bencana alam. Kami ingin ada jaminan keamanan dari pihak Garuda atas kondisi ini. Jika ada satu kasus karyawan kami menjadi korban amukan penumpang maka saya selaku Ketua Umum Siperkasa meminta seluruh karyawan Gapura keluar dari area kerja,” ancam Edi. Dan hal senada disampaikan Ketum kepada Direktur Utama Garuda.